Sabtu, 19 Maret 2011

Filosofi Dzikir

Allah swt. berfirman: “… dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Q.s. Al-Anfal: 45).

Dan firman-Nya pula kepada Nabi-Nya saw.:
“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Q.s. Al-Muzzammil: 8).
Rasulullah saw bersabda, “Berdzikir kepada Allah pada waktu pagi dan sore hari lebih utama daripada berperang di jalan Allah dan memberikan harta kepada orang lain, dengan hati penuh derma.” (AlHadits).

Sabda beliau pula :
“Maukah kalian aku beritahukan tentang amal terbaik dan lebih semerbak (harum) bagi Tuhanmu, lebih meninggikan martabatmu dan lebih baik daripada kalian memberikan binatang dan emas, serta lebih utama daripada kalian bertemu musuh kalian, lalu kalian hantam lehernya dan mereka juga memukul leher kalian?” Para sahabat bertanya, “Apakah itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dzikir kepada Allah.” (Al-Hadits).



Dalam hadits lain beliau bersbda :
“Beruntunglah orang-orang yang menyendiri, beruntunglah orang-orang yang menyendiri!” Sahabat bertanya, “Siapa mereka ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang terlena dalam berdzikir kepada Allah, lantaran dzikir, dosa mereka diampuni oleh-Nya, sehingga kelak pada hari Kiamat mereka datang dalam keadaan telah diringankan.” (Al-Hadits).

Ketahuilah, orang-orang ahli bashirah telah dibukakan hatinya, bahwa dzikir merupakan amal perbuatan yang paling utama. Sebagaimana amal-amal yang lain, dzikir pun mempunyai tiga lapisan kulit. Sebagian yang lain saling berdekatan dengan lubuk hati. Sebab, di balik ketiga lapisan, ada lubuk hati tersebut. Lapisan tersebut memiliki keutamaan, sebab berfungsi sebagai metode menuju dzikir. Lapisan teratas adalah dzikir lisan. Lapisan kedua adalah dzikir hati, karena. Ia harus selaras dengan dzikir, sehingga hati selalu hadir bersama dzikir. Jika tidak, Ia akan ditransmisi ke dalam wahana pikiran. Lapisan ketiga adalah bahwa dzikir harus bisa menempati dan menguasai hati, sehingga tidak melirik pada yang lainnya. Seperti pada lapisan kedua, dimana hati berfungsi secara proporsional dalam dzikir.

Lapisan keempat ialah isi (lubuk hati), yaitu Apa Yang (Obyek) didzikirkan (Allah) betul-betul mengakar dan bersemi dalam hati. Pada tahap ini seorang yang berdzikir, telah sirna dan tersembunyi dari dzikir itu sendiri. Inilah yang dimaksud tujuan dari lubuk hati. Yaitu, orang yang berdzikir tidak berpaling pada dzikir dan hatinya. Tetapi, tenggelam pada universalitas Allah yang diingatnya.

Apabila tiba-tiba berpaling pada dzikir, berarti la telah disibukkan kembali oleh hijab. Wahana ketenggelaman ini, disebut oleh para arifin ebagai wahana fana’. Yaitu, la sendiri telah fana’ dari dirinya, sampai tidak menyadari gerak-gerik raganya, ataupun kondisi yang keluar dari raga, ataupun berbagai penghalang batin dalam dzikir. Bahkan telah gaib dari seluruh dirinya, dan dirinya juga gaib dari semua raga dan gerak batinnya, menuju kepada Tuhannya, kemudian berjalan terus, sekali lagi.

Apabila di tengah-tengah fana’nya muncul intuisi yang membisikkan dirinya, bahwa la telah benar-benar fana’ total, maka intuisi tersebut hanyalah kekacauan dan kotoran. Padahal, wahana kesempurnaan adalah kefana’an dari diri sendiri, juga fana’ dari fana’, sampai pada pangkal kefana’an. Kondisi tersebut sering disangka kalangan fuqaha’ verbal sebagai kondisi kehampaan non-rasional. Padahal, bukan demikian. Wahana fanaul fana’ adalah - disandarkan pada nuansa kepada Sang Kekasih-seperti nuansaAnda ketika jatuh cinta kepada kekasih Anda, apakah karena faktor kedudukan, harta atau memang suatu pesona. Hal yang sama ketika Anda sedang marah, maka Anda pasti tenggelam dalam memikirkan musuh. Begitupun Anda akan tenggelam dan asyik masyuk memikirkan sang kekasih, sampai tiada lagi wahana yang tersisa dalam hati. Jika ada orang bicara, Anda tidak paham. Jika ada orang lewat di kanan-kiri Anda, Anda pun tidak melihat, padahal kedua mata Anda terbuka. Orang lain bicara, Anda tidak mendengar, padahal telinga Anda tidak tuli. Anda, ketika tenggelam dalam kefana’an lupa akan segalanya, bahkan lupa akan tenggelam itu sendiri.

Mengapa situasi tersebut dikatakan fana’? Walaupun antara diri dan bayangannya masih tetap ada? Karena diri dan bayang-bayang serta seluruh dimensi inderawi bukanlah hakikat wujud.
Wujud hakiki ada pada alam amr dan alam malakut. Sedangkan ruh itu berasal dari alam amr, sebagaimana firman-Nya :
“Katakanlah, ‘Ruh itu adalah amr Tuhanku’.” (Q.s. Al-Isra’: 85).

Sementara qalbu fisik tergolong alam makhluk. Sedangkan konteks qalbu atau hati dalam buku ini adalah lathifah yang berfungsi sebagai pengingat, yang mengetahui, yang menjadi tempat bersemainya cahaya Ilahi. Bukannya qalbu fisik.

Namun tidak berarti mengisyaratkan, Ruh itu qadim dan qalbu itu hadits. Keduanya, tetap bersifat baru (hadits).

Yang kami maksud dengan makhluk adalah sesuatu yang padanya terjadi persekutuan dan takdir, yaitu jasad dan sifat-sifatnya. Sedangkan yang kami maksud dengan alam amr, adalah sesuatu yang tidak dilintasi oleh takdir.

Alam fisik jasmani, sesungguhnya tidak memiliki wujud yang esensial. Namun, sebagai dimensi bayangan belaka. Bayangan manusia bukanlah hakikat manusia itu sendiri. Seseorang tidak memiliki hakikat wujud. Tetapi, hanya memiliki bayangan hakikat. Semuanya ciptaan Allah swt.

Allah swt. berfirman:
“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (Q.s. Ar-Ra’d: 15).
Sujudnya alam amr bersifat patuh/taat kepada Allah, sedang sujudnya bayang-bayang bersifat terpaksa. Di bawahnya ada rahasia-rahasia yang dalam, yang permulaannya menggerakkan mata rantai kegilaan yang dahsyat, apalagi akhirnya. Karenanya, Anda perlu mencermati, dan dengan begitu, Anda baru paham apa yang disebut fana’ itu. Maka, Anda harus meninggalkan ucapan yang berbau fitnah dan dusta, terhadap obyek ilmu yang Anda tidak mumpuni.
Allah swt. berfirman :
“Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka befum mengetahuinya dengan sempurna…„“(Q.s. Yunus: 39).
Dan firman-Nya :
“Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya, maka mereka akan berkata, ‘Ini adalah dusta yang lama’.” (Q.s. Al-Ahqaaf. 11).

Jika fana’ sudah dipahami sedemikian rupa, maka itulah awal menempuh jalan ruhani (thariqah). Yakni, pergi menuju kepada Allah swt, sedangkan petunjuk datang kemudian. Petunjuk dimaksud adalah petunjuk Allah swt, seperti kata Ibrahim Al-Khalil as, dalam firmanNya : “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Q.s. Ash-Shaaffaat: 99).

Amar pertama adalah pergi kepada Allah, kemudian pergi “di dalam” Allah, dan itulah fana’ serta tenggelam dalam kefana’an. Tetapi ketenggelaman itu, pertama-tama seperti Hat yang cepat. Namun bila kilatan itu permanen, menjadi kebiasaan yang meresap dalam j iwa, maka hamba naik pada alam yang lebih tinggi, dan melihat wuj ud hakiki yang murni, la mendapat cap ukiran malakut. Pada dirinya tampak kesucian alam lahut. Proyeksi pertama yang muncul pada alam tersebut adalah: Inti-inti malaikat, arwah para Nabi dan wall, dalam bentuk yang sangat indah, yang dengan perantaraannya, mengalir sebagian kebenaran hakiki. Ini pada tahap permulaan, sampai kemudian naik ke deraj at yang lepas dari segala metafora. Cukup dengan kejelasan Allah swt. Yang Maha Haq, dalam segalanya.

Apabila ia dikembalikan pada alam metafor yang semata bayangbayang, la memandang ke makhluk dengan pandangan penuh kasihan, karena mereka terhalang untuk memandang keindahan Ilahi Yang Maha Suci. Dan la pun merasa heran, mengapa mereka menerima begitu saja, dengan bayang-bayang, mereka memihak pada rekayasa alam tipudaya dan khayalan. Maka, ketika la bersama mereka, la tarrlpak hadir, tetapi hatinya gaib, sembari merasa heran dengan kehadiran mereka. Sementara mereka juga heran akan kegaibannya.

Itulah buah dari dzikir lubuk hati. Awalnya adalah dzikir lisan, kemudian dzikir hati dengan diatur, lantas menjadi watak hati itu sendiri. Pada tahap berikutnya lebur dalam wahana yang diinga bahkan dzikirnya pun telah terberangus. Inilah rahasia sabda Rasul ullah saw, “Barangsiapa cinta untuk dinaikkan ke derajat taman surgc maka perbanyaklah dzikir kepada Allah swt.”

Dan merupakan rahasia dari sabdanya pula, “Dzikir hati melebik tujuhpuluh kali lipat daripada dzikir yang bisa didengarkan secara hafalan.”
Suatu dzikir yang dirasakan oleh hati Anda dan didengar dalar hafalan, maka perasaan mereka akan menyamai perasaan Anda. Da: di dalam hal ini ada rahasia sampai ketika dzikir Anda tidak teringa dari perasaan Anda, karena kepergian Anda kepadaYang diingat (Alla swt.) secara total. Sehingga dzikir Anda pun musnah dari perasaan hafalan Anda.

Sepanjang hati merasakan nikmatnya dzikir dan berpaling pad bentuk dzikir itu sendiri, maka hati telah terhalang dari Allah sw Apabila hati tidak ragu-ragu, jauh dari syirik samar (syirk khafy sehingga la menjadi hamba yang tenggelam dalam kemahaesaan Al Haq, maka la disebut hamba yang bertauhid.
Begitu pula tentang ma’rifat. Siapa yang mencari ma’rifat, derr ma’rifat, la seperti dzikir yang mengingat dzikirnya. Sedangkan oran yang memperoleh ma’rifat, justru seperti orang yang tida mendapatkannya, tetapi yang didapati adalah Yang dima’rifati (Allah swt). Dia telah menempatkan diri dalam wahana dari hakikat wisha dan berada pada nuansa qudus.
Jika Anda bertanya, “Mengapa mukasyafah tersebut ditentuka : dalam tahap fana’?”

Perlu Anda ketahui, untuk menjelaskannya perlu kisah yan panjang. Jika Anda merenungkannya, Anda tidak bisa membatasi dil pada alam inderawi, tumpuan nafsu dan syahwat, yang menggirin pada jagad empirik yang penuh dengan dusta dan tipudaya.

Oleh sebab itu, Allah swt. menj elaskannya dengan alam kematiar Karena kompetensi alam empirik inderawi dan khayalan yan menghadapkan hati pada alam terbawah, dianggap batal.
Jika Anda berpaling dari realita inderawi ketika tidur, Anda bis melihat sesuatu yang gaib menurut kadar kesiapan, penerimaan dan cita-cita anda. Anda menjumpainya lewat metaphor yang perlu di terjemahkan lagi.
Saya tidak berprasangka, bahwa Anda tidak akan mendapati mimpi yang benar, yang bisa memprediksi masa depan. Namun, khayalan sering tidak menenangkan tidur walaupun anggota badan telah tenang.
Itulah yang menjadi sebab lemahnya penglihatan hati, yang tidak pernah sunyi dari gambaran-gambaran buram.

Fana’ merupakaii konotasi dari wahana tenangnya anggota fisik, yang tidak lagi bergerak. Kemudian di dalam ketenangan itu muncul imajinasi yang tidak bercampur-baur. Apabila imajinasi itu tetap dominan, maka tidak akan dipengaruhi, kecuali oleh desakan wahana yang tampak dari alam suci, sehingga para Nabi, malaikat, dan ruhruh qudus, tergambar dalam proyeksi imajinasi hati.

Inilah persoalan yang mengingatkan Anda, agar Anda berhasrat menjadi ahli rasa (ahli dzauq). Jika Anda tidak mampu demikian, seyogyanya Anda menjadi pakar ilmu bidang batin. Jika kepakaran ini tidak bisa Anda raih, Anda cukup beriman saja.
Allah swt. berfirman :
“… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.s. Al-Mujadilah: 11).

Dan sekali-kali jangan sampai Anda tergolong orang-orang yang mengingkari fenomena fana’ ini, yang karenanya Anda disiksa, ketika kebenaran dibuka saat sakaratul maut, di mana nasib Anda sangat ditentukan.
Allah swt. telah berfirman:
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (Q.s. Qaaf 22).

Iman, ilmu dan rasa, adalah tiga derajat yang membentang. Orang yang impoten, misalnya, terproyeksi benar adanya birahi bersetubuh pada lain jenis, dengan gambaran bahwa hal itu diterima dari orang yang menduga balk terhadap orang tersebut dan tidak dicampur-bauri oleh kebohongan. Gambaran ini seperti iman. Apabila terproyeksi, bahwa adanya birahi tersebut diketahui lewat bukti-bukti, disebut sebagai ilmu. Referensinya adalah qiyas, ketika memandang keinginannya pada makanan misalnya, maka dianalogikan pula nafsu makan tersebut dengan birahi seksual. Semuanya tetap jauh dari penemuan hakikat birahi dengan adanya birahi itu sendiri pada dirinya.

Begitu juga orang awam yang sehat yang melihat orang sakit, dan ia percaya (iman) begitu saja. Sementara si dokter melihatnya dengan bukti-bukti. Penglihatan dokter ini disertai ilmu. Siapa pun yang tidak pernah sakit, la pasti tidak pernah mengenal rasa sakit. Demikian juga tentangfana’ dalam tauhid; rasa adalah musyahadah, ilmu adalah qiyas, dan iman adalah perspektif secara berbaik sangka (husnudzan) tanpa disertai keraguan. Maka, berusahalah agar Anda bisa bermusyahadah, sebab tidak ada kabar yang lebih gamblang daripada menyaksikan dengan nyata.

Apabila Anda bertanya, “Betapa besar persoalan dzikir, lalu lebih utama mana antara dzikir dan membaca Al-Qur’an?” Perlu diketahui, bahwa membaca Al-Qur’an lebih utama bagi makhluk secara menyeluruh, kecuali bagi orang yang pergi menuju kepada Allah swt. Membaca Al-Qur’an akan menjadi amal paling utama bagi mereka yang pergi menuju Allah swt. dalam totalitas perilaku awalnya, dan sebagian perilaku akhirnya. Sebab, Al-Qur’an mengandung bagianbagian pengetahuan, tingkah laku ruhani dan petunjuk jalan. Sepanjang hamba senantiasa butuh pada pembersihan akhlak dan pengetahuan, Al-Qur’an lebih utama. Tetapi, apabila membaca Al-Qur’an tidak disertai perilaku batin seperti itu, sedang dzikir lebih dominan dalam hatinya, sehingga dzikir mendorongnya pada wahana ketenggelaman ruhani, maka dzikirlah yang lebih utama. Karena membaca Al-Qur’an, menarik intuisinya dan mengarahkan pada hamparan taman surga.

Sementara, murid yang pergi menuju Allah swt. tidak layak menoleh pada surga dan taman-tamannya. Tetapi, cita-citanya hanya satu, dzikirnya hanya satu tujuan, sampai la mendapatkan derajat fana’ dan ketenggelaman. Karena itu, Allah swt. berfirman :
“Dan sungguh, dzikir kepada Allah itu lebih besar.” (Q.s. Al-’Ankabut: 45).

Orang yang sampai pada derajat kefana’an, tetapi tidak abadi dan tidak tetap, maka sebaiknya la introspeksi diri, sebab, kadang-kadang membaca Al-Qur’an lebih bermanfaat terhadap dirinya. Kondisi demikian memang langka, seperti nuansa al-Kibritul Ahmar. Bisa dibicarakan secara teoritis, tetapi tidak bisa didapatkan.

Maka, mutlak membaca Al-Qur’an akan lebih utama. Sebab, amal tersebut menjadi lebih utama dalam segala kondisi, kecuali ketika sedang disibukkan bicara. Karena inti dari Al-Qur’an adalah mengenal Dzat Yang Berfirman melalui Al-Qur’an, mengetahui keindahan dan tenggelam karena-Nya. Al-Qur’an menuntun kepada-Nya, dan memberi petunjuk ke wahana-Nya. Siapa yang mengutamakan tuj uan pasti tidak akan menoleh pada jalan.

Bila Anda masih bertanya, “Dzikir mana yang lebih utama?” Ketahuilah - sebagaimana kami sebut - yang paling utama adalah supremasi Allah dalam hati sebagai obyek, yang didzikirkan. Yaitu, Satu, tidak lebih, sampai terseleksi mana yang utama. Itu semua, merupakan kenyataan jamak dan penunggalan (tauhid). Sementara keragaman dan kuantita, muncul sebelumnya. Kondisi tersebut terjadi sepanjang Anda ada pada tahap dzikir lisan dan hati, yang kemudian terbagi pula dalam dzikir utama dan tidak utama. Keutamaannya, terletak pada kriteria sifat-sifat berdzikir yang dilakukan.

Sifat-sifat Allah swt. dan Asma-Nya, dalam Hak Allah swt. terbagi menjadi dua kategori :
Pertama, hal-hal yang memang benar dalam hak hamba, dan diorientasikan pada hak Allah swt, seperti sifat dan Asma : As-Shabbur, As-Syakuur, Ar-Rahim dan Al-Muntaqim.
Kedua, suatu sifat dan Asma yang hanya benar dalam hak-Nya. Apabila digunakan selain Diri-Nya, penggunaan itu hanya bersifat metafor.

Dzikir paling utama adalah ucapan :
“Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus makhluk.”

Sebab, dalam dzikir tersebut ada Nama Allah Yang Agung, sebagaimana sabda Rasul saw, ‘Asma Allah YangAgung itu ada dalam ayat Kursi dan awal surat Ali Imran.” Dua Asma tersebut tidak bersamaan, kecuali pada ayat tersebut. Pasti ada rahasia yang dalam dan tersembunyi dari pemahaman Anda.

Sekadar pemahaman sederhana, bisa dirumuskan, bahwa ucapan : Laa ilaaha Illallah, mensyiarkan tauhid, memberi arti Wahdaniyah (sifat Ketunggalan) dalam Dzat dan Ketuhanan, bersifat hakiki dalam Hak Allah swt, tanpa ditakwil. Namun, pada hak selain Diri-Nya, bersifat metafor dan harus ditakwilkan.

Begitu pula Al-Hayy, pengertiannya adalah Dzat yang hidup dengan Dzat-Nya, dan mengetahui Dzat-Nya. Sedangkan mayat adalah dzat yang tidak memiliki akses informasi dari substansinya. Al-Hayy merupakan predikat hakiki bagi Allah swt. tanpa harus ditakwilkan.
Al-Qayyum memberikan pengertian bahwa Dia Maha Tegak dengan Dzat-Nya, dan segala yang ada tegak karena sifat tegak-Nya. Predikat ini pun bersifat hakiki bagi Allah swt. tanpa ditakwilkan, sebab selain-Nya tidak ada yang memiliki predikat tersebut.

Selain Asma tersebut, dari sejumlah Asma Allah yang memiliki indikasi pada Perbuatan (Af’aal) Allah swt, seperti Ar-Rahiim, AlMuqsith, Al Adl dan lain sebagainya. Asma tersebut tidak menunjukkan arti sifat-sifat langsung. Karena sumber-sumber Af’al adalah sifat-sifat. Sifat sebagai predikat asli, kemudian diikuti oleh Af’al. Selain sifat-sifat yang mengindikasikan pada sifat Qudrat, Ilmu, Iradat, Kalam, Sama’ dan Bashar - yang sebagian diduga bahwa ketetapan sifat tersebut bagi Allah swt. sebagai pengertian dari perspektif lahiriahnya, padahal jauh berbeda, sebab pemahaman lahiriah merupakan persoalan yang dikaitkan dengan sifat-sifat manusia. Sedangkan Kalam, Qudrat, Ilmu, Sama’ dan Bashar-Nya, merniliki esensi-esensi yang ketetapannya mustahil bagi manusia. Maka, nama-nama tersebut dikecualikan dari segala bentuk penakwilan.

Hal tersebut mengingatkan pada hal-hal yang terkandung dalam pemahaman Anda dari spesifikasi kalimat-kalimat ini, sebagai sesuatu yang besar. Ucapan Anda berikut ini, lebih mendekati :
“Subhaanallaah wal Hamdulillaah wa laailaaha Illah wallahu Akbar. “
(Maha Suci Allah dan. segala puji bagi Allah, dan tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar).

Sebab, Subhaanallaah sebagai konotasi penyucian yang secara hakiki memang Hak-Nya. Kesucian hakiki tidak dapat diproyeksikan, kecuali hanya bagi Allah swt. Ucapan : Alhamdulillah memberi pengertian sandaran nikmat seluruhnya hanya kepada Allah swt. Pengertian tersebut bersifat hakiki. Sebab, Dia-lahYang Tunggal dalamAf’al, ketunggalan esensial tanpa takwil. Allah swt. Yang berhak menerima pujian semata. Sebab, bagi-Nya tidak ada sebutan dalam pekerjaan-Nya. Sebagaimana pula, tidak adanya sekutu bagi pena bersama penulis untuk memiliki hak pujian pada sisi kebajikan.

Arti Dzikir

Ilmu Akhlak  Bhg 3  1
ALAM memperkatakan ilmu, lazimnya dua perkara perlu diketahui iaitu
erti atau makna yang diperolehi daripada bahasa dan istilah. Aspek ini juga
disebut dalam bahasa Arab sebagai ‘loghatan wastilahan’
Demikianlah juga dalam rangka memahami makna ‘Islam.
! Dari segi bahasa: Islam berasal dari kekata dasar ‘salam’ iaitu
sejahtera dan berserah/pasrah.
! Dari segi istilah: Islam ialah ‘ad-din atau cara hidup/agama;
mengikuti dan mematuhi apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw dari segi zahir dan bathin.
Bagaimana pula kaitan Islam dengan amalan yang disebut zikr (juga dieja
‘zikir’)?
! Dari segi bahasa: Zikr ialah melepaskan diri daripada lalai dan lupa
dengan menghadirkan hati atau sedar secara berterusan. Sifat ‘lupa’
(Arab : Nisian) merupakan kata dasar bahas ‘insan’ (manusia). Oleh
itu manusia merupakan makhluk yang lupa.
! Dari segi istilah: Zikr menyebut nama sesuatu dengan hati dan lisan,
baik menyebut nama Allah atau sifatNya atau hukumNya atau
perbuatanNya atau menyebut nama para rasulNya, para nabiNya
atau berbuat amal kebajikan seperti membaca Al-Quran, bertasbih,
memberi nasihat dan sebagainya.
Zikr juga membawa ucapan tasbih, tahmid, tahlil dan menyebut
nama-nama Allah yang mulia.
Ilmu Akhlak  Bhg 3  2
Zikir dapat dilaksanakan dalam beberapa keadaan. Adakalanya dengan
lisan, dengan hati, dengan anggota dan juga dengan ucapan yang jelas. Dengan
kesemuanya ini, seseorang dapat melaksanakan zikir itu dengan sempurna.
Dalam pengertian tasauf zikr memaparkan pelbagai pengertian:
1.  sebutan atau lafaz seperti tahmid (alhamdulillah), tahlil (lailahaillah), takbir
(Allahuakbar), tamjid (kata-kata pujian kepada Allah), istighfar,
basmallah iaitu apa jua bentuk sebutan yang mengaitkan manusia dengan
Pencipta-nya (Khalik).
2.  menyebut dengan lisan dan hati akan sifat-sifat daripada Sifat Allah seperti
Ar-Rahman (99 kesemuanya)
3.  melaksanakan hukum daripada hukum Allah
4.  melaksanakan perbutan daripada perbutan Allah
5.  memberi penghormatan kepada para rasul dan aulia dalam bentuk solawat
dan salam
6.  membaca Quran kerana isi keseluruhannya adalah zikir
7.  puisi seperti syair (juga disebut ‘syir) yang ada hubungan dengan Allah
seperti syair Jalalluddin Rumi, Mutannabi dll.
8.  syarahan atau ceramah yang ada kaitan dengan memuja Allah
9.  ibadah yang mengesakan Allah seperti zakat, puasa, haji.
PENGAMAL ZIKR
engamal zikr disebut zakir secara umum.
Namun perlu dibuat pembezaan antara pengamal zikr kerana ada ayat Quran
yang menyebut secara jelas proses berzikir yang dilakukan oleh individu lelaki
(zakir), sekumpulan lelaki (zakirun), individu perempuan (zakirat) dan
sekumpulan perempuan (zakiratun).
P
Ilmu Akhlak  Bhg 3  3
Sesiapa juga orang Islam yang berakal, bersih diri dan jiwanya boleh berzikir
dengan tujuan mengagungkan Allah dan dalam rangka melaksanakan suruhan-
Nya dan menjauhi larangan-Nya (ammar maaruf nahi munkar).
Secara khusus zikr berlaku dalam tiga bentuk iaitu lisan (lidah), jinan (di
hati) dan anggota (gerakan atau harakah).
Berzikir dengan lisan adalah zikir yang dilaksanakan dengan pergerakan
lidah tanpa diikuti dengan kehadiran hati. Zikir ini termasuk zikir secara zahir.
Keutamaannya banyak sekali, seperti yang disebutkan dalam Al-Quran, Sunnah
dan Athar. Diantaranya, ada yang terikat dengan masa ataupun tempat dan ada
pula yang tidak.
Zikr juga terkait dalam tiga perkara:
! muqayat: kaitan masa (zaman) dan tempat (makan) seperti ketika
bersolat, melakukan tawaf dalam perlaksanaan haji, zikir sebelum
tidur, setelah bangun dari tidur, sebelum makan, setelah makan,
ketika menaiki kenderaan, zikir ketika pagi hari, petang dan
sebagainya.
! mutlaq: tiada kaitan masa dan tempat seperti menyebut subhanallah
bila-bila dan di mana jua.
! Munajat: zikr yang dilakukan dalam bentuk doa – meminta kepada
Allah agar harapan seseorang dimakbulkan.
Dalam pengertian tasauf, zikir membawa dua kesan: pertama, kebaikan
(hasanah) dan juga darajat (peningkatkan taraf seseorang di sisi Allah).
Zikr demi kebaikan biasa berlaku dalam majlis tahlil atau ketika selepas
solat. Yang menjadikannya sebagai peningkatan darjat ialah apabila zikr
dilakukan dalam disiplin tasauf.
JALAN MENUJU ALLAH
Ubungan manusia dengan Penciptanya (habluminallah) merupakan
teras utama kehidupan. Menurut para ahli sufi, apabila tiada seorang H
Ilmu Akhlak  Bhg 3  4
pun Muslim yang mengamalkan dan mengutamakan teras ini, maka bermulalah
Kiamat. Oleh itu, zikr merupakan antara cara mengisi teras ini.
Cara ini disebut ‘mendekati’ (qarib) atau taqarrub. Apabila seorang insan
dekat kepada Khaliknya, ia akan merasa dan mengetahui akan Allah
(makrifatullah). Perjalanan mendekati Allah (suluk) ibarat membuka pintu
demi pintu (bab). Si pelaku atau murid tasauf itu dipanggil salik. Jelaslah
proses ini tidak dapat disamakan dengan ‘bersatu’ dengan zat Allah yang
membawa maksud yang salah dari segi syariat. Hal ini ditegah sama sekali.
Sesungguhnya manusia tidak dapat menyamakan dirinya dengan Penciptanya.
Dari segi tasauf, ada empat bahagian zikr:
! Murasalah: zikr dengan lisan saja sebagai jalan permulaan
(bidayah)
! Muamalah: zikr dengan hati (qalb) dan lisan dalam rangka
suluk.
! Muasolah: zikir dengan lisan, qalb dan roh dalam rangka
menempati si pengamal (zakir) sebagai ahli qurrub (seorang yang
mendekatkan dirinya kepada Allah)
! Munazalah: zikir dengan lisan, qalb, roh dan sirr (rahsia dalam
lubuk hati yang tidak dapat dijangkau) dalam rangka
mendapatkan keredhaan Allah.
Di manakah hati atau qalb?
Dalam sepotong hadis, Rasulullah berpesan bahawa dalam tubuh manusia
ada seketul daging, yang jika ia baik, maka baiklah seluruh diri manusia itu
dan begitu pula sebaliknya. Daging itu dipanggil qalb atau hati.
Dalam tasauf, memang tiada penunjuk apakah hati (liver) itu qalb, tetapi ia
merupakan suatu yang dirasakan. Misalnya, manis limau tidak serupa manis
belimbing. Rasa itulah merupakan qalb. Namun ada saintis menyatakan bahawa
ada organ yang terselindung di balik perut. Organ tadi mempunyai jumlah saraf
Ilmu Akhlak  Bhg 3  5
seakan-akan otak dan ia tampaknya menguasai seluruh tubuh. Dalam bahasa
Inggeris ia disebut ‘gut’ (seperti ungkapan ‘my gut feeling). Wallahualam.
Apakah pula sirr atau rahsia?
Sirr lebih abstrak daripada qalb. Ia merupakan rahsia yang tidak terucap
tetapi tersimpan di dalam lubuk qalb. Hanya Allah saja yang mengetahui sirr
sedang para malaikat (termasuk Rakib dan Atid yang mencatat segala perilaku
manusia) juga tidak mengetahuinya.
Dalam suluk, perjalanan salik akan membawanya mendekati Allah di dalam
sirr. Jika ini tercapai, ia merupakan satu pencapaian tertinggi dan amat luar
biasa. Ketika ini berlaku, murid atau salik tadi mengalami proses fana’ iaitu
peleburan – ibarat kembali menjadi debu iaitu asal-muasal kejadian manusia.
Pada tahap inilah salik mengenal dirinya bak ungkapan terkenal:
Barangsiapa mengenali akan dirinya
Nescaya ia mengenali akan Tuhannya
[*Ungkapan ini disebut dalam banyak syair sufi seperti dalam syair Perahu
karya Hamzah Fansuri dari Aceh, pada abad ke-17 masehi)
Apabila seseorang itu telah mengenali Tuhannya, perjuangannya tidak lagi
bersendirian tetapi diiringi oleh Allah seperti halnya ketika para pejuang Islam
bertempur dalam Perang Badr. Allah menyebut bahawa segala panahan dan
gerakan lembing merupakan bantuan daripada-Nya.
Peringkat fana itu membawa murid atau salik dalam tahap ahlul fana’, iaitu
peringkat tertinggi dalam amalan zikr.
FIKIR DAN ZIKIR
alam mencari kebenaran (haqiqat) kewujudan, manusia cuba
menggunakan rasio (akalnya). Kisah klasik ialah proses Ibrahim cuba
membezakan antara amalan nenek-moyangnya dengan keesaan Ilahi.
Ibrahim tertanya-tanya apakah berhala yang dibentuk oleh bapanya itu wajar
disembah, bukankah bintang, bulan dan matahari lebih hebat. Akhirnya Ibrahim
D
Ilmu Akhlak  Bhg 3  6
mendapati bahawa semua itu tiada tandingannya dengan Allah yang
menciptaakan segalanya.
Namun proses Nabi Ibrahim mendapat makrifat (arif atau mengetahui zat
Allah) kerana adanya petunjuk daripada Allah. Jika tidak, Ibrahim akan tersesat.
Itulah sebabnya banyak ahli fikir yang tersesat iaitu daripada mencari kebenaran
hakiki iaitu Allah, ia tersadai kepada kesimpulan yang menafikan Pencipta
seperti halnya dengan Karl Marx, Charles Darwin, Bertrand Russel dll.
Dalam mengembangkan dakwah, Nabi Muhammad saw mengajar
pengikutnya agar berzikir iaitu mengingati bahawa adanya Allah. Hal ini terjadi
kepada Bilal ibn Abu Rabah yang diseksa oleh tuannya. Bilal tidak dapat
menjelaskan erti Allah, tetapi hanya tahu menyebut ‘Ahad’ (Yang Satu/Esa)
sehinggalah nyawanya ditebus oleh Abu Bakar ra.
Jadi berzikirlah dulu, barulah kemudian berfikir.
KESAN ZIKR
ungguh besar kesan zikr. Sukar sekali menjelaskan faedahnya secara
perinci. Namun cukuplah digariskan di sini kesan-kesan itu adalah seperti
berikut :
Dalil-dalil dianjurkannya berzikir (Dari Al-Quran)
! Allah berfirman : “ Maka ingatlah kepadaKu, akan aku mengingat
kepadamu.” (QS. Al Baqarah : 152)
! “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang maka terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah ketika berdiri mahu pun
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi.” (QS. Al Imran: 190-191)
! “Hai orang – orang yang beriman berzikirlah kamu (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan
petang.” (QS. Al Ahzab : 41-42)
! “Laki – laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab : 35)
S
Ilmu Akhlak  Bhg 3  7
! “(Yaitu orang-orang yang beriman maka hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingati Allah. Ketahuilah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi
tenteram.”(QS. Ar Radu : 28)
! “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di
waktu petang dan pagi hari.” (QS Al Imram :41 )
! “Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepadaNya dengan penuh ketekunan.”
(QS Al Muzammil : 8 )
! “Sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang.” (QS Al Insan : 25)
! “Dan sesungguhnya mengiingati Allah adalah lebih besar keutamaanya.”
(QS Al Ankabuut : 45)
DALIL DARI SUNNAH
! Dari Abu Musa r.a, katanya : Rasulullah saw bersabda :
Umpama orang yang mengingati Tuhannya dan orang yang tidak mengingati
Tuhannya ibarat orang yang hidup dan orang yang mati
! “Sesungguhnya Allah memiliki sejumlah malaikat yang tugasnya hanya
berkeliling di jalan-jalan untuk mencari tempat-tempat bagi orang-orang yang berzikir. Dan
jika mereka melihat ada sekelompok orang yang berzikir, maka mereka memanggil kawankawanya
untuk mendatangai tempat itu. Maka Para malaikat turun ke langit dunia dengan
menaungi majlis zikir itu dengan sayap-sayap mereka. Sekembalinya, mereka ditanya oleh
Tuhan mereka padahal Dia Maha Mengetahui lebih dari meraka.
Tanya Allah :”Apa yang diucapkan oleh hamba-hambaKu Itu?”
Jawab para malaikat : ‘ Mereka sedang bertasbih,bertakbir, bertahmid dan bertamjid
untukMu.”
Tanya Allah : “ Apakah mereka pernah melihatAku?”
Jawab para malaikat : “ Mereka belum pernah melihatMu.”
Tanya Allah : “ Bagaimanakah kalau mereka pernah melihatKu.?”
Jawab para malaikat : “Kalau mereka pernah melihatMu,pasti mereka akan bertambah
banyak memujiMu.”
Tanya Allah : “ Apa yang mereka minta?”
Jawab para malaikat : “Mereka meminta dimasukkan kedalam surgaMu.”
Tanya Allah : “Apakah mereka pernah melihat surgaKu?”
Jawab para malaikat : “Mereka belum pernah melihatnya.”
Tanya Allah : “ Bagaimana kalau mereka pernah melihatnya?”
Jawab para malaikat : “Jika mereka pernah melihatnya tentu mereka akan lebih banyak
memintanya.”
Tanya Allah : “Dari apa mereka mohon perlindungan?”
Jawab para malaikat : “ Mereka mohon perlindungan dari siksa api neraka.”
Tanya Allah : “Apakah mereka pernah melihatnya?”
Jawab pada malaikat : “Mereka belum pernah melihatnya.”
Ilmu Akhlak  Bhg 3  8
Tanya Allah : “Bagaimana kalau mereka pernah melihatnya?”
Jawab para malaikat : “Jika mereka pernah melihatnya,pasti mereka akan lebih banyak
mohon perlindungan daripadanya.”
Kata Allah : “Ketahuilah dan saksikanlah bahwa Aku telah memberi ampunan kepada
mereka.”
Kata seorang dari para malaikat : “Di antara mereka ada seorang yang tidak ikut berzikir, ia
datang kerana ada suatu hajat.”
Kata Allah : “Orang-orang itu tidak akan membawa sengsara kepada kawan duduknya.”
(HR Tirmidzi, Ahmad, Al Baihaqi dan Ibnu Syahin)
! Dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Jika kamu sedang melewati kebun-kebun syurga, maka singgahlah ke dalamnya.” Tanya
para sahabat : “Apa yang engkau maksud dengan kebun-kebun surga, wahai Rasulullah?”
Sabda beliau :” Ia adalah majlis-majlis zikir.” (HR Tirmizi dan menilainya Hasan, Ahmad,
AL Baihaqi dan Ibnu Syahim)
! Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
“ Orang-orang Mufradun Al Mustahtarun adalah orang-orang yang paling beruntung ,
mereka selalu berzikir kepada Allah, dosa-dosa mereka diringankan oleh banyaknya zikir
mereka,sehingga mereka menemui Allah dalam keadaan bersih dari segala dosa” (HR
Tirmidzi dan Thabrani)
! Abu Sa’id Al Khudri menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Hendaklah kamu banyak berzikir kepada Allah, sehingga orang –orang mengatakan bahwa
kamu telah gila.” (HR Al Hakim dan menilainya sahih, Ahmad,Ibnu Hibban dan Al
Baihaqi)
! Dari Abu Darda’ ra bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Mahukah kamu akan ku khabarkan akan suatu amal kebajikan yang paling baik bagi kamu,
paling meningkatkan kedudukan kamu,paling disenangi oleh TuhanMu, bahkan lebih baik
dari menafkahkan emas dan perak dan lebih mulia daripada perang dengan musuh-musuh
kamu, baik ketika kamu kalah atau ketika kamu menang?” Jawab mereka : “ Mahu, wahai
Rasulullah.” Sabda beliau: “Berzikirlah kepada Allah sebanyak –banyaknya.”
(HR, Muslim,Tirmidzi,Ibnu Majah.)
! Dari Mu’adz ibnu Jabal bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
“Tidak suatu amalan pun yang dikerjakan oleh anak Adam yang dapat menyelamatkan
dirinya dari siksa Allah yang melebihi daripada amalan zikir (kecuali dengan berzikir)
kepada Allah.” Dalam riwayat lain disebutkan : “Tanya mereka : “Apakah berjihad di jalan
Allah tidak menyamai-nya, wahai Rasulullah?” Sabda beliau : “Tidak juga, kecuali jika
mereka yang berjuang berperang mati-matian sehingga senjatanya terputus-putus.”(3 kali)
(HR. Thabrani di dalam Al Kabiir dan Al Ausat dan Ibnu Abi Syaibah)
Ilmu Akhlak  Bhg 3  9
KEUTAMAAN BEZIKIR
# Dari Abu Hurairah ra, dari Abu Sa’id Al Khudri ra bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Tidak suatu kaum berzikir kepada Allah kecuali para malaikat akan mengelilingi mereka,
rahmat akan meliputi mereka, ketenangan akan turun kepada mereka,dan mereka akan disebut –
sebut oleh Allah di antara para malaikat.” (HR Muslim,Tirmidzi,Ahmad,Ibnu Majah)
 #
Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi saw pernah menyampaikan hadis qudsi dari Tuhannya:
“Seorang yang lebih sibuk berzikir kepadaKu dari memohon kepadaKu, maka Aku akan
memberikannya sesuatu yang lebih utama dari yang pernah diminta oleh para peminta.” (HR
Bukhari,Al Bazzar, AL Baihaqi.)
  #
Dari Abu Said Al Khudri ra, katanya :”Rasulullah saw pernah menyampaikan hadis qudsi
dari Tuhannya: “Seorang yang lebih sibuk membaca Al Quran dan berzikir dari minta
kepadaKu, maka Aku akan memberinya sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah diminta
oleh para peminta.” (HR.Ad Darimi,Tirmidzi,Al Baihaqi)
  #
Dari Abu Said Al Khudri ra katanya : “Nabi saw bersabda :
“Di hari kiamat kelak Allah berfirman : “Pada hari ini penduduk Mahsyar akan mengetahui,
siapakah orang-orang yang diberi kemuliaan?” Tanya para sahabat : “Wahai Rasulullah,
siapakah mereka?” Sabda beliau : “Mereka adalah orang-orang yang suka berzikir di masjidmasjid
(HR Ahmad, Al Baihaqi dan Ibnu Hibban)
  #
Dari Mu’awiyah ra katanya :
“Nabi saw pernah mendatangi sekelompok sahabat yang sedang duduk di Masjid,seraya berkata :
“Apa yang menyebabkan kamu duduk di sini?” Jawab para sahabat : “Kami duduk di sini untuk
berzikir dan memuji Allah.” Sabda Nabi saw : “Tadi Jibril datang kepadaku dan memberitahuku
bahwa Allah sangat berbangga dengan kamu di hadapan para malaikat.” (HR Tirmidzi)
  #
Dari Anas ra katanya : “Nabi saw bersabda :
“Tidak suatu kaum yang berkumpul dan berzikir kepada Allah kecuali ada seruan dari langit
yang mengatakan “Berdirilah kamu kerana dosa-dosa kamu telah diampuni dan telah diganti
dengan banyak kebajikan.” (HR Ahmad, Abu Ya’la dan Thabrani)
  #
Dari Abu Razin Al ‘Uqaili ra katanya :
“Rasulullah saw pernah berkata kepadanya : “Mahukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang
dapat menyebabkan engkau mendapati kebahagiaan di dunia dan di akhirat?” Jawabnya : “Ya
aku mahu.” Sabda beliau : “Andainya engkau menghadiri majlis – majlis zikir, dan apabila
engkau bersendirian maka gerakkanlah lidahmu dengan berzikir kepada Allah”.
Ilmu Akhlak  Bhg 3  10
MANFAAT BERZIKIR
$ Berzikir mengusir dan menghancurkan setan
$  Berzikir menyebabkan Allah redha kepada yang berzikir
$  Berzikir menghilangkan kerisauan hati
$  Berzikir mendatangkan rasa senang di dalam hati
$  Berzikir meningkatkan potensi hati dan badan
$  Berzikir menambah cahaya pada wajah dan hati
$  Berzikir mandatangkan rezeki
$  Berzikir menambah wibawa pada peribadi yang gemar berzikir
$  Berzikir menyebabkan Allah cinta kepada yang selalu berzikir
$  Berzikir meningkatkan takarub kepada Tuhanya
$  Berzikir menambah rasa mawas diri sampai ia dapat masuk ke pintu
ihsan,sehingga ia dapat menyembah Allah dengan perasaan seolah-olah ia
sedang melihatNya.
$  Berzikir menambah rasa kembali kepada Allah
$  Berzikir membuka selebar-lebarnya pintu-pintu ma’rifat
$  Berzikir menyebabkan Allah mengingat yang berzikir
$  Berzikir menghidupkan hati seseorang
$  Berzikir memberi makan kepada hati dan roh
$  Berzikir menambah kebersihan hati
$  Berzikir menggugurkan dosa-dosa
$  Berzikir menghilangkan rasa sepi
$  Berzikir menyelamatkan seorang dari siksa Allah
$  Berzikir menyebabkan turunnya ketenangan dan rahmat
$  Berzikir mendatangkan para malaikat di majlis-majlis zikir
$  Berzikir memberi rasa bahagia kepada yang berzikir
$  Berzikir memberi keamanan pada seorang di hari kiamat
$  Berzikir mendapat kurnia Allah yang lebih besar daripada kurnia yang
diberikan kepada orang-orang yang meminta
$  Berzikir merupakan ibadah yang paling ringan dan paling utama
$  Berzikir menambah tanaman di surga
$  Berzikir mendatangkan berbagai keutamaan bagi pelakunya
$  Berzikir menghindarkan seseorang itu daripada lupa yang dapat membawa
kesengsaraan di dunia dan di akhirat
$  Berzikir memberi cahaya bagi pelakunya ketika di dunia dan ketika di
dalam kuburnya.
$  Berzikir membangunkan hati daripada lalai
$  Berzikir membuahkan pengetahuan –pengetahuan yang berguna
$  Berzikir menyebabkan kebersamaan antara pelakunya dengan Tuhanya.
$  Berzikir menyamai dengan membebaskan kaum budak dan menafkahkan
harta.
$  Berzikir merupakan puncak syukur kepada Allah.
$  Berzikir melunakkan kekerasan hati
$  Berzikir mendatangkan anugerah dan mencegah malapetaka
$  Berzikir menyebabkan Allah dan para malaikatNya berselawat atas
pelakunya.
$  Berzikir menyebabkan Allah membanggakan pelakunya di depan malaikat
$  Seorang yang gemar berzikir dapat masuk surga sambil ketawa
Ilmu Akhlak  Bhg 3  11
$  Berzikir memberi potensi untuk taat
$  Berzikir memberi potensi dan kemahuan keras
$  Gedung-gedung di surga terus dibangun selama seorang itu masih berzikir
$  Berzikir menyebabkan para malaikat memohonkan ampun bagi pelakunya
$  Berzikir menyebabkan gunung-gunung dan lembah-lembah bergembira
$  Memperbanyak zikir menyebabkan terjauh daripada sifat munafik
$  Berzikir menyebabkan rasa lazat di hati pelakunya, kerana itu majlis-majlis
zikir disebut kebun-kebun surga
$  Berzikir di jalan di rumah di waktu bepergian maupun di waktu menetap
akan menjadi saksi bagi pelakunya di hari kiamat
$  Pelaku zikir diberi wajah yang cerah ketika di dunia dan diberi cahaya
ketika di akhirat
$  Berzikir menyebabkan Allah mengakui keimanan seorang hanba
$  Berzikir menyebabkan seorang mendapat keuntungan berlimpah-limpah
$  Berzikir di waktu senang menyebabkan Allah memperhatikan pelakunya di
kala susah
$  Berzikir menyembuhkan hati yang sakit
Proses zikir membawa kepada pensucian diri dan qalb, mendekatkan diri
kepada Allah, membentuk semangat persaudaraan Islam, membersihkan dosa,
mengikis sifat cela dan membina sifat terpuji.
Hadis menyebut 53 kebaikan (hasanah) zikr.
Namun apakah sebutan zikr yang paling mulia?
Saidina Ali ra telah bertanyakan Rasulullah – apakah cara paling mulia,
mudah dan cepat dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi saw
menyebut kalimat ‘lailahaillah’ kerana tiang arasy dan segala ciptaan Allah
terdiri atas kalimah ini. Para ahli hadis/sufi menyatakan apabila kalimah ini
tidak sebutkan lagi oleh orang Islam, maka bermulalah kiamat. Daripada Saidina
Ali, maka bermulalah segala amalan sufi. Ini memandangkan kedudukan Ali ra
sebagai ‘pintu’ kepada ilmu kerohanian Nabi Muhammad saw.
Kalimah ‘lailahaillah’ mengandungi seluruh tasbih, tahmid dan takbir atau
segala pujian kepada Allah SWT.
Berzikr akan mendorong tubuh bergerak atau harakah secara semulajadi.
Hal ini sukar dijelaskan. Dalam tasauf, harakah ini disusun begitu rupa sehingga
menimbulkan rentak berbaris demi proses taqarrub.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar